Renungan. Pada suatu hari Lukmanul Hakim diminta untuk menyembelih seekor kambing. Perintah itupun dilaksanakan dengan baik. Setelah kambing disembelih, ia diminta untuk memberikan daging yang paling baik dari kambing itu. Lukman memberikan lidah dan hati kambing itu.
Pada kesempatan yang lain Lukmanul Hakim diminta menyembelih kambing lagi. Kali ini ia diminta memberikan bagian daging yang paling buruk. Seperti sebelumnya, iapun memberikan lidah dan hati kambing. Orang-orang menjadi heran dan bertanya, "Tuan, anda diminta menyembelih seekor kambing dan memberikan bagian yang terbaik, lalu Anda memberikan lidah dan hati kambing. Pada kesempatan yang lain Anda diminta menyembelih kambing dan memberikan bagian yang paling buruk, Anda menyerahkan lidah dan hatinya. Apa maksudnya?"
Lukmanul Hakim menjawab," Demikianlah, lidah dan hati adalah bagian yang terbaik dan sekaligus bagian terburuk. Jika seseorang bersifat baik, pastilah hati dan lidahnya yang paling baik. Namun, jika seseorang berwatak buruk, pastilah hati dan lidahnya yang paling buruk!".
Coba kita renungkan apa yang disampaikan Lukmanul Hakim di atas. Setiap manusia dianugerahi Allah SWT hati dan lidah. Pertanyaannya: Sejauh mana kita bisa menjaga hati dan lidah kita dari perbuatan yang dilarang Allah SWT?. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa kebanyakan anak cucu Adam terjerumus dalam dosa karena tidak bisa menjaga lidahnya.
Dalam hadis lain dijelaskan : "Ingatlah bahwa dalam jasad ada segumpal daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati"
Seperti dikatakan Rasullulah dalam sebuah Hadits. "Hati
itu ada empat, yaitu hati yang bersih, di dalamnya ada pelita yang
bersinar. Maka, itulah hati orang mukmin. Hati yang hitam lagi terbalik,
maka itu adalah hati orang kafir. Hati yang tertutup yang terikat
tutupnya, maka itu adalah hati orang munafik, serta hati yang dilapis
yang di dalamnya ada iman dan nifak." (HR. Ahmad dan Thabrani).
Hati
adalah cermin pribadi setiap manusia. Lalu, cermin model manakah yang
kita miliki dalam hati kita? Apakah hati kita bersih laksana cermin yang
berkilau sehingga manantulkan perbuatan yang baik, ataukah malah kotor
dan buram yang membuat kita selalu buruk? Hal ini sepertinya tergantung
bagaimana kita merawat cermin hati yang kita miliki. Bila
kita selalu menjaga hati agar selalu bersih dan bening, maka cerminan
perbuatan yang muncul pun akan selalu baik dan benar. Sebaliknya, kalau
selalu membiarkan cermin hati kita kotor, dengan hiasan perbuatan buruk
kita, maka pantulan kaca hati kita pun menjadi buram.
Wallahu A'lam Bissahawab ..!
0 komentar:
Posting Komentar